Andadinata yang memiliki darah menak Sumedang dan lebih suka menjalani kehidupan pribadinya secara mandiri tanpa tergantung pada orang lain. S. Andadinata dilahirkan dIi didesa Rancabayawak yang berada di wilayah Majalaya sekitar 30KM tenggara kota Bandung, pada tahun sekitar 1893. Tidak diketahui tepat tanggal dan bulan kelahirnya. Semasa hidupnya, sebagian besar dilalui melalui petualangan ke seluruh antero Jawa Barat utamanya wilayah Parahiangan. Sebagai petualang sudah barang tentu harus membekali diri dengan kemampuan beladiri yang mumpuni agar dapat survive. Keahlian ilmu ilmu hikmah dari para ulama, utamanya yaitu dari mama ajengan Syeh Haji Abdul Kahpi seorang ulama di wilayah Petaruman Tarogong Garut. Ilmu Hikmah yang didapat diantara lain adalah ilmu Haqmaliyah. Sampai saat ini ilmu Haqmaliyah masih eksis dilaksanakan oleh anak keturunanya. Ilmu pencak silat pertama yang dikuasai oleh abah Andadinata adalah Silat jurus Peksi Muih sebagai warisan dari keluarganya. Yang kelak dikemudian hari inti dari tata gerak jurus peksi muih menjadi jurus Payung Rasul. Sampai saat ini jurus silat Peksi Muih masih eksis dan boleh dipelajari oleh warga penghayat Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat. Semua senior Marga Pusat dipastikan tahu jurus silat peksi muih. Penyederhanaan tata gerak jurus silat peksi muih dengan melakukan kompilasi inti tata geraknya dipadukan dengan ilmu hikmah yang ber lafads Allah Muhammad Adam Rasul, Berkah Allah Sahabat Rasul, maka terciptalah jurus Payung Rasul. Pada masa itu ilmu pencak silat yang jurus-jurusnya bermuatan / menyatu dengan ilmu hikmah masih belum banyak di kenal masyarakat. Untuk meyakinkan bahwa jurus Payung Rasul benar benar ampuh. Maka disetiap ada tabeuh gendang pencak, abah Andadinata selalu tampil untuk kaul meramaikan perhelatan hajat dengan seizin mereka yang melaksanakan hajatan. Seringkali jurus peksi muih atau jurus payung rasul terlihat aneh dimata pemirsa sehingga menimbulkan rasa penasaran pemirsa untuk mencoba sambung rasa dengan abah Andadinata. Dalam kenyataanya setiap terjadi sambung rasa, rata rata mereka dapat dijatuhkan dalam satu gerakan. Ilmu hikmah yang didapat oleh abah Andadinata awalnya bermula dari seringnya beliau hadir dalam pengajian ta’lim di tempat Ajengan Asep Samsuddin. Sewaktu abah Andadinata berpetualang di wilayah kota Cirebon sebagai pedagang telur. Layaknya seorang pedagang selalu mencari tempat yang ramai. Satu diantaranya adalah jika disuatu tempat dilaksanakan hajatan atau majelis ta’lim. Ketertarikan Ajengan Asep Samsudin terhadap sosok Andadinata, karena setiap ta’lim dilaksanakan beliau selalu hadir dan membiarkan lang daganganya tidak di tunggu. Dan ketika ta’lim selesai dagangan abah Andadinata selalu laris dibeli oleh peserta majelis ta’lim. Sebagai ulama dan ajengan, Mama ajengan Asep Samsudin sudah melihat bahwa pedagang telur ini memiliki kharomah yang spesifik. Dan akhirnya abah Andadinata diangkat sebagai murid untuk melestarikan ilmu ilmu hikmah ajengan Asep Samsudin. Perkembangan pencak silat semakin berkembang, meski pencak silat masih terbatas diajarkan kepada keluarga ningrat dan kalangan ulama. Maka atas saran mama Ajengan Asep Samsudin, diperintahkan Andadinata untuk melanjutkan pembelajaran melengkapi ilmu pencak silat di ke wilayah Parahiangan barat tepat nya di wilayah Kadipaten Cianjur. Berbekal referensi dari mama ajengan Asep Samsudin, abah Andainata datang ke Padepokan silat juragan Rd Haji Ibrahim. Yang dikenal sebagai pendiri dan pencetus Maenpo Cikalong. Tidak jelas apakah abah Andadinata dilatih langsung oleh juragan Rd Haji Ibrahim yang pada tahun 1900an sudah sepuh, atau dilatih oleh seseorang pelatih yang di tugaskan. Yang jelas dari 10 jurus halusan Margaluyu Pusat sangat kental dengan pengaruh maenpo Cikalong. yang berbasis pada silat Madi, Kari dan silat asli Cianjur. Tokoh Maenpo Cikalong yang usianya relatip lebih muda dari juragan Rd Haji Ibrahim adalah juragan Rd Haji Abullah yang mewarisi ilmu pencak silat Sabandar. Sedangkan Silat Sabandar berasal dari Moh Kosim yang konon berasal dari Pagaruyung Minangkabau Sumatera Barat. Dari juragan Rd Haji Abdullah, abah Andadinata mewarisi ilmu pencak silat Sabandar yang tata geraknya sangat halus dan lembut. Pengaruh silat Bugis dan Madura dalam keilmuan Margaluyu didapat sewaktu abah Andadinata berpetualang dipesisir pantai utara Cirebon, dimana para keturunan prajurit bugis dan madura yang bergabung dengan Dipati Anom (Amangkurat Amral) yang menyingkir ke Cirebon untuk meminta suaka dari Sultan Cirebon ketika Dipati Anom berseteru dengan ayahnya sendiri Raja Mataram sinuwun ndalem Gusti Amangkurat I Kompilasi tata gerak Madi, Kari dan Sabandar inilah yang dikemudian hari menjadi 10 jurus wajib Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat ditambah ilmu Hikmah yang diharkatkan setelah selesai berlatih. Mengingat tata gerak 10 jurus Margaluyu Pusat boleh dikatakan sangat sederhana, jurus-jurus tersebut tidak bisa diperagakan dipanggung sewaktu ada tabeuh gendang pencak. Oleh karena itu atas saran para kerabat Gerak Badan Margaluyu Pusat harus memiliki jurus silat murni yang benar benar merupakan maenpo. Dengan demikian Margaluyu Pusat dilengkapi dengan Maenpo yang berasal dari Selah Eurih warisan dari Keluarga juragan Rd Haji Sukarma dan juragan Rd Haji Soma. Oleh karena itu dalam setiap proses harkatan, ketiga tokoh Rd Haji Ibrahim, Rd Haji Abdullah dan Rd Haji Soma yang kesemuanya adalah kerabat Cikalong Cianjur selalu disebut untuk dimohon keikhlasanya serta mohon kepada Allah SWT agar manfaat ilmu warisanya menjadi ibadahnya. Keilmuan Margaluyu,boleh dikatakan lengkap, karena berintikan ilmu hikmah Sunda wiwitan yang ditulis tangan oleh abah Andadinata dalam aksara Sunda Wiwitan yang serupa dengan tulisan pada relief prasasti2 di pulau Jawa, serta aksara Hanacaraka. Secara otentik buku ini masih ada dalam bentuk aseli dan telah diperbanyak melalui scanning komputer untuk dipegang oleh semua pelatih yang sudah mendapat mandat untuk melakukan Harkatan. Pengaruh silat Cina (Khun Tao) dalam keilmuan Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat diperoleh abah Andadinata sewaktu beliau berpetualang di Cirebon. Dimana silat Cina masuk ke Pulau Jawa dibawa mbah Khaer. Adapun pengaruh silat minang diperoleh dari Mama Sabandar (Moh Kosim). Sedangkan pengaruh silat Betawi pada keilmuan Margaluyu Pusat karena hasil berguru Maenpo di Cikalong. Dimana Abang Madi dan Abang Kari adalah guru dari juragan Rd Haji Ibrahim. Hal tersebut dikuatkan tokoh Mbah Madi, Mbah Kari dan mbah Sabandar dan mbah Khaer selalu disebut dalam setiap proses Harkatan sebagai ucapan terma kasih atas manfaat ilmunya dan memohon agar amal ilmu yang diwariskan dari beliau ini mendapat imbalan yang tinggi dari Allah SWT. Kelengkapan keilmuan Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat secara sempurna dikuasai oleh abah Andadinata ketika umur beliau mencapai sekitar 35 tahun. Tetapi profesi sebagai pedagang telur keliling tak pernah dilepaskan. Dan kebiasaan naik panggung ketika ada perhelatan tabeuh gendang pencak untuk kaul kepada yang punya hajat selalu dilakukan sebagai promosi makanan sehat yakni telur yang diperdagangkan. Karena seringnya terjadi sambung rasa, dan dalam setiap sambung rasa abah Andadinata selalu unggul, maka beliau menjadi terkenal sebagai juara kaul yang disegani. Ketenaran abah Andadinata sebagai juara kaul yang tidak punya perguruan, sempat terdengar oleh seorang guru besar perguruan silat yang terkenal di kota Bandung yaitu mang Suwandi yang bertempat tinggal di Gang Singsong tepatnya disekitar station KA Bandung. Tidaklah sulit mencari sosok Andadinata bagi mang Suwandi. Pertemuan antara mang Suwandi dengan Abah Andadinata untuk sambung rasa merupakan peristiwa penting sebagai tonggak sejarah berdirinya Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat. Baru pertama kali abah Andadinata bersambung rasa dengan tokoh silat yang berlevel guru besar. Bagi mang Suwandi juga baru pertama kali bertemu pendekar tanpa paguron yang selalu bisa mengunci geraknya dengan halus tanpa melukai apalagi mencederai. Sebagai ksatria Pendekar, Mang Suwandi menyatakan bahwa keilmuan Margaluyu Pusat adalah ilmu silat yang lengkap ditambah ilmu hikmah yang benar2 murni tanpa menggunakan tenaga khodam. Dan beliau memohon kepada abah Andadinata untuk sudi menerima dirinya sebagai murid. Permohonan mang Suwandi ditolak oleh abah Andadinata, tetapi menerimanya sebagai sahabat. Maka mulai saat itu, dinyatakan bahwa dalam pakem keilmuan Margaluyu tidak dikenal istilah guru, apalagi gelar guru besar. Yang dikenal adalah sahabat (ikhwan / ahwat) yang sedang berlatih. Sumbangan yang terbesar dari Mang Suwandi dalam keilmuan Margaluyu Pusat adalah jurus kasaran yang lebih dikenal dengan jurus 14 dan jurus-jurus peupeuhan. Dengan demikian semakin lengkaplah jurus jurus Kelimuan Margaluyu Pusat yang merupakan jurus jurus yang memiliki kharomah. Dengan masuknya mang Suwandi ke dalam Margaluyu Pusat kemudian beliau membawa sahabat- sahabatnya untuk berlatih diantaranya adalah Mang Uwen serta pak Adiwikarta (Mng Ulis) dan Andi Rohandi. Maka disepakati yang semula keilmuan Margaluyu belum memiliki nama paguron maka dengan bergabungnya para senior diatas, secara resmi diberi nama Margaluyu Pusat. Marga adalah jalan, Luyu = Saluyu atau lancar, Pusat berarti selalu ditengah. Jadi secara harfiah Margaluyu Pusat diartikan sebagai Selalu berjalan ditengah agar selalu lancar. Meski jurus-jurus Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat berbasis pada gerak pencak silat. Tetapi sesungguhnya adalah ilmu beladiri pernapasan, yang berkharomah tenaga dalam. Yang mana seni beladiri pernapasan saat itu pada akhir decade 1930an belum banyak dikenal oleh masyarakat. Sehingga sulit di perkenalkan atau disosialisasikan. Baru pada tahun 1948 didaftarkan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bandung sebagai Persatuan Pencak Silat Margaluyu Pusat. Nama-nama jurus halus 1 – 10
- Jurus 1 Jurus Keupeul
- Jurus 2 Jurus teundued
- Jurus 3 Jurus dua jeblag
- Jurus 4 Jurus dua teunded
- Jurus 5 Jurus empat potong
- Jurus 6 Jurus potong
- Jurus 7 Jurus giles
- Jurus 8 Jurus Jurus colok r
- Jurus 9 jurus liliwatan
- Jurus 10 Jurus seuseup
di ambil dari website margaluyu Pusat
https://margaluyubayah.wordpress.com/2011/04/15/sejarah-margaluyu/
SEJARAH BKC (BANDUNG
KARATE CLUB)
SELAYANG PANDANG BKC
(Merupakan Riwayat Ringkas Latar Belakang Berdirinya BKC)
BKC adalah singkatan dari Bandung Karate Club dan Bina Ksatria Cita pada
pengertian yang sebenarnya, didirikan di Bandung pada tanggal 16 Juni
1966 oleh Iwa Rahadian Arsanata. Sejak tahun 1962, telah dirintis
pendiriannya dengan nama Bandung Karate School for Self Defence. Gedung
Mardisantosa yang terletak di Jalan sunda No. 2 Bandung adalah tempat
pertama BKC didirikan. Tercatat sebagai anggota pertama terdiri dari
siswa-siswa Sekolah Guru Pendidikan Jasmani, SMAN Jalan Belitung, STMN I
jalan Rajiman serta beberapa orang mahasiswa UNPAD dan ITB. Sejak
tahun 1967 hingga tahun 1972 tempat latihan pindah ke pendopo sekolah
Tinggi Olah raga Jalan Van Deventer Bandung.
Maksud dan Tujuan
BKC didirikan dengan maksud menghimpun pemuda, pelajar serta berbagai
kalangan dalam pembinaan olah raga beladiri berdasarkan kekeluargaan
hormat-mengahormati serta saling menciantai antara satu dan sesamanya.
Secara umum BKC bertujuan untuk membina setiap anggota menjadi Insan
Beladiri yang Mandiri, yang memahami makna hidup dan kehidupan.
Sehingga pada akhirnya, ilmu yang diperolehnya dapat bermanfaat bagi
kehidupannya di masyarakat. Setiap anggota BKC dituntut untuk mampu
melaksanakan Tri Ratna Keanggotaan berdasarkan kiprahnya.
Dasar Pendidikan Beladiri di BKC
Sumber ajaran beladiri yang diajarkan di BKC sepenuhnya bersumberkan
kepada Tuntunan ajaran Jalaksana yang merupakan Ilmu Teturunan dari
Pendiri Peruruan. Kemudian sumber ajaran ini disesuaikan dengan
berbagai ajaran ilmu beladiri yang ada, baik yang datang dari luar
maupun dengan yang telah ada di Indonesia. Dalam hal ini BKC
berprinsip, mana yang baik diambil dan mana yang buruk dibuang walaupun
itu budaya bangsa terlebih yang datang dari luar.
Para Pimpinan BKC dari Tahun ke Tahun
Tercatat sebagai Ketua Umum BKC angkatan pertama Mardisantosa, yaitu
Budiarjo, S.H. kemudian dari tahun 1968-1970 BKC dipimpin oleh Kolonel
(Pur) H. Anwar Tamim. Dari tahun 1971-1972 Kolonel (Pur.) r. Oetje
Djunjunan alm. Wali Kotamadya Bandung waktu itu berkenan menjadi Ketua
Umum BKC, selanjutnya dari tahun 1973-1980 kembali BKC dipimpin oleh H.
Anwar Tamim. Dan dari tahun 1981-1982 dipimpin oleh Kolonel (Pur.) saleh
M. Yoenoes. Dari tahun 1983 hingga sekarang ini Ir.H. Awal Kusumah M.S
(Putra dari H. Anwar Tamim) terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar
BKC.
Kegiatan-Kegiatan
Sejak awal berdirinya, BKC telah berhasil menyusun program kegiatan yang
terpadu sebagaimana layaknya perguruan yang sudah besar antara lain
Ujian Kenaikan Tingkat, Penataran Kepelatihan, Latihan Lapangan di
gunung, sungai dan pantai. Kejuaraan Intern serta pada tahun 1967,
Pendiri Perguruan dilantik di Sukabumi oleh Ditjora (KONI sekarang) Jawa
Barat sebagai Wakil Umum PORKI Jawa Barat (ibu Yusuf dari INKAI sebagai
Ketua Umum). Kejurnas PORKI pertama diikuti, yaitu di Jakarta pada
tahun 1971 kemudian di penghujung 1972 dalam Musyawarah Lembaga Aliran
Karate di Jakarta yang dipimpin oleh Jendral Surono dan Widjojo Suyono,
BKC dikukuhkan sebagai anggota FORKI. Dalam masalah kegiatan bentuk
apapun yang dilaksanakan, BKC senantiasa berpedoman pada Dua Sesanti
Perguruan :
PRIBADI BUDI CIRI MANDIRI dan MANDIRI KHARSA PUJA WALAGRI
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzuluana
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzuluana
SEJARAH BKC (BANDUNG
KARATE CLUB)
SELAYANG PANDANG BKC
(Merupakan Riwayat Ringkas Latar Belakang Berdirinya BKC)
BKC adalah singkatan dari Bandung Karate Club dan Bina Ksatria Cita pada
pengertian yang sebenarnya, didirikan di Bandung pada tanggal 16 Juni
1966 oleh Iwa Rahadian Arsanata. Sejak tahun 1962, telah dirintis
pendiriannya dengan nama Bandung Karate School for Self Defence. Gedung
Mardisantosa yang terletak di Jalan sunda No. 2 Bandung adalah tempat
pertama BKC didirikan. Tercatat sebagai anggota pertama terdiri dari
siswa-siswa Sekolah Guru Pendidikan Jasmani, SMAN Jalan Belitung, STMN I
jalan Rajiman serta beberapa orang mahasiswa UNPAD dan ITB. Sejak
tahun 1967 hingga tahun 1972 tempat latihan pindah ke pendopo sekolah
Tinggi Olah raga Jalan Van Deventer Bandung.
Maksud dan Tujuan
BKC didirikan dengan maksud menghimpun pemuda, pelajar serta berbagai
kalangan dalam pembinaan olah raga beladiri berdasarkan kekeluargaan
hormat-mengahormati serta saling menciantai antara satu dan sesamanya.
Secara umum BKC bertujuan untuk membina setiap anggota menjadi Insan
Beladiri yang Mandiri, yang memahami makna hidup dan kehidupan.
Sehingga pada akhirnya, ilmu yang diperolehnya dapat bermanfaat bagi
kehidupannya di masyarakat. Setiap anggota BKC dituntut untuk mampu
melaksanakan Tri Ratna Keanggotaan berdasarkan kiprahnya.
Dasar Pendidikan Beladiri di BKC
Sumber ajaran beladiri yang diajarkan di BKC sepenuhnya bersumberkan
kepada Tuntunan ajaran Jalaksana yang merupakan Ilmu Teturunan dari
Pendiri Peruruan. Kemudian sumber ajaran ini disesuaikan dengan
berbagai ajaran ilmu beladiri yang ada, baik yang datang dari luar
maupun dengan yang telah ada di Indonesia. Dalam hal ini BKC
berprinsip, mana yang baik diambil dan mana yang buruk dibuang walaupun
itu budaya bangsa terlebih yang datang dari luar.
Para Pimpinan BKC dari Tahun ke Tahun
Tercatat sebagai Ketua Umum BKC angkatan pertama Mardisantosa, yaitu
Budiarjo, S.H. kemudian dari tahun 1968-1970 BKC dipimpin oleh Kolonel
(Pur) H. Anwar Tamim. Dari tahun 1971-1972 Kolonel (Pur.) r. Oetje
Djunjunan alm. Wali Kotamadya Bandung waktu itu berkenan menjadi Ketua
Umum BKC, selanjutnya dari tahun 1973-1980 kembali BKC dipimpin oleh H.
Anwar Tamim. Dan dari tahun 1981-1982 dipimpin oleh Kolonel (Pur.) saleh
M. Yoenoes. Dari tahun 1983 hingga sekarang ini Ir.H. Awal Kusumah M.S
(Putra dari H. Anwar Tamim) terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar
BKC.
Kegiatan-Kegiatan
Sejak awal berdirinya, BKC telah berhasil menyusun program kegiatan yang
terpadu sebagaimana layaknya perguruan yang sudah besar antara lain
Ujian Kenaikan Tingkat, Penataran Kepelatihan, Latihan Lapangan di
gunung, sungai dan pantai. Kejuaraan Intern serta pada tahun 1967,
Pendiri Perguruan dilantik di Sukabumi oleh Ditjora (KONI sekarang) Jawa
Barat sebagai Wakil Umum PORKI Jawa Barat (ibu Yusuf dari INKAI sebagai
Ketua Umum). Kejurnas PORKI pertama diikuti, yaitu di Jakarta pada
tahun 1971 kemudian di penghujung 1972 dalam Musyawarah Lembaga Aliran
Karate di Jakarta yang dipimpin oleh Jendral Surono dan Widjojo Suyono,
BKC dikukuhkan sebagai anggota FORKI. Dalam masalah kegiatan bentuk
apapun yang dilaksanakan, BKC senantiasa berpedoman pada Dua Sesanti
Perguruan :
PRIBADI BUDI CIRI MANDIRI dan MANDIRI KHARSA PUJA WALAGRI
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
SEJARAH BKC (BANDUNG
KARATE CLUB)
SELAYANG PANDANG BKC
(Merupakan Riwayat Ringkas Latar Belakang Berdirinya BKC)
BKC adalah singkatan dari Bandung Karate Club dan Bina Ksatria Cita pada
pengertian yang sebenarnya, didirikan di Bandung pada tanggal 16 Juni
1966 oleh Iwa Rahadian Arsanata. Sejak tahun 1962, telah dirintis
pendiriannya dengan nama Bandung Karate School for Self Defence. Gedung
Mardisantosa yang terletak di Jalan sunda No. 2 Bandung adalah tempat
pertama BKC didirikan. Tercatat sebagai anggota pertama terdiri dari
siswa-siswa Sekolah Guru Pendidikan Jasmani, SMAN Jalan Belitung, STMN I
jalan Rajiman serta beberapa orang mahasiswa UNPAD dan ITB. Sejak
tahun 1967 hingga tahun 1972 tempat latihan pindah ke pendopo sekolah
Tinggi Olah raga Jalan Van Deventer Bandung.
Maksud dan Tujuan
BKC didirikan dengan maksud menghimpun pemuda, pelajar serta berbagai
kalangan dalam pembinaan olah raga beladiri berdasarkan kekeluargaan
hormat-mengahormati serta saling menciantai antara satu dan sesamanya.
Secara umum BKC bertujuan untuk membina setiap anggota menjadi Insan
Beladiri yang Mandiri, yang memahami makna hidup dan kehidupan.
Sehingga pada akhirnya, ilmu yang diperolehnya dapat bermanfaat bagi
kehidupannya di masyarakat. Setiap anggota BKC dituntut untuk mampu
melaksanakan Tri Ratna Keanggotaan berdasarkan kiprahnya.
Dasar Pendidikan Beladiri di BKC
Sumber ajaran beladiri yang diajarkan di BKC sepenuhnya bersumberkan
kepada Tuntunan ajaran Jalaksana yang merupakan Ilmu Teturunan dari
Pendiri Peruruan. Kemudian sumber ajaran ini disesuaikan dengan
berbagai ajaran ilmu beladiri yang ada, baik yang datang dari luar
maupun dengan yang telah ada di Indonesia. Dalam hal ini BKC
berprinsip, mana yang baik diambil dan mana yang buruk dibuang walaupun
itu budaya bangsa terlebih yang datang dari luar.
Para Pimpinan BKC dari Tahun ke Tahun
Tercatat sebagai Ketua Umum BKC angkatan pertama Mardisantosa, yaitu
Budiarjo, S.H. kemudian dari tahun 1968-1970 BKC dipimpin oleh Kolonel
(Pur) H. Anwar Tamim. Dari tahun 1971-1972 Kolonel (Pur.) r. Oetje
Djunjunan alm. Wali Kotamadya Bandung waktu itu berkenan menjadi Ketua
Umum BKC, selanjutnya dari tahun 1973-1980 kembali BKC dipimpin oleh H.
Anwar Tamim. Dan dari tahun 1981-1982 dipimpin oleh Kolonel (Pur.) saleh
M. Yoenoes. Dari tahun 1983 hingga sekarang ini Ir.H. Awal Kusumah M.S
(Putra dari H. Anwar Tamim) terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar
BKC.
Kegiatan-Kegiatan
Sejak awal berdirinya, BKC telah berhasil menyusun program kegiatan yang
terpadu sebagaimana layaknya perguruan yang sudah besar antara lain
Ujian Kenaikan Tingkat, Penataran Kepelatihan, Latihan Lapangan di
gunung, sungai dan pantai. Kejuaraan Intern serta pada tahun 1967,
Pendiri Perguruan dilantik di Sukabumi oleh Ditjora (KONI sekarang) Jawa
Barat sebagai Wakil Umum PORKI Jawa Barat (ibu Yusuf dari INKAI sebagai
Ketua Umum). Kejurnas PORKI pertama diikuti, yaitu di Jakarta pada
tahun 1971 kemudian di penghujung 1972 dalam Musyawarah Lembaga Aliran
Karate di Jakarta yang dipimpin oleh Jendral Surono dan Widjojo Suyono,
BKC dikukuhkan sebagai anggota FORKI. Dalam masalah kegiatan bentuk
apapun yang dilaksanakan, BKC senantiasa berpedoman pada Dua Sesanti
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar